Kamis, 25 September 2008

Toyota

Toyota Motor Sales Earns 11 Awards in 2008 J.D. Power and Associates Vehicle Dependability Study
Lexus Leads Nameplate Rankings for 14 Years in a Row



August 7, 2008 - Torrance, CA - Toyota and Lexus models have earned 11 segment awards out of a possible 19 in the 2008 J.D. Power and Associates Vehicle Dependability StudySM (VDS), more than any other manufacturer for the third consecutive year. The VDS is one of many vehicle surveys which continue to consistently rank Toyota and Lexus at the top of their respective studies.

The VDS study tracks the number and type of problems owners have had with their vehicles over a three-year period, with this year's study focusing on the 2005 model year. Lexus was the top nameplate for the 14th consecutive year, with 120 problems per 100 vehicles (PP100). In the study, Lexus received six segment awards and Toyota earned five awards.

"Of the numerous independent studies conducted throughout the year, VDS continues to reflect real-world, long-term vehicle quality and dependability," said Jim Lentz, TMS president. "In today's economic climate, consumers are considering durability more than ever as a key component to their vehicle purchase decision."

For the 14th consecutive year, the Lexus LS premium luxury sedan was the top-performing model in the industry while leading the Large Premium Car segment. With a score of 72 PP100, it was the first time ever that a vehicle achieved a score less than 80 PP100 in the VDS study. The previous low score was in 2006, with the LS 430 earning a score of 88 PP100.

The top three performing models in the VDS were all Lexus passenger cars (LS 430, SC 430 and ES 330). The Lexus LX 470 topped the Large Premium Multi-Activity Vehicle (MAV) segment with a score of 124 PP100; it was the fewest PP100 of any truck or SUV in the study.

Other Lexus models to lead their respective segments include the ES 330 with a score of 101 PP100, which was followed by the GS 300/GS 430 (124 PP100) in the Midsize Premium Car segment. The IS 300 led the Entry Premium Car segment with a score of 122 PP100, while the SC 430 (89 PP100) topped the Premium Sporty segment. The GX 470 (130 PP100) prevailed in the Midsize Premium MAV segment, and the RX 330 was second with a score of 144 PP100. Overall, every Lexus passenger car or luxury utility vehicle either led its segment or finished second to another Lexus.

For the past 19 years (since 1990), the Toyota nameplate has consistently ranked among the top five non-luxury brands. For 2008, the Toyota nameplate placed fourth overall with 159 PP100, an improvement of 19 PP100 from 2007.

Prius, the world's best-selling gas-electric hybrid, led the Compact Car segment with 141 PP100. Prius continues to prove that a gas-electric hybrid vehicle with many cutting-edge technology features can also set a standard for long-term durability.

Other top-performing models include the Tundra, for the third consecutive year, in the Large Pickup segment with 159 PP100; RAV4 in the Compact MAV segment with 166 PP100; Highlander in Midsize MAV with 138 PP100; and Sequoia in the Large MAV segment with 198 PP100.

J.D. Power and Associate's VDS finds the number of problems an owner experiences affects their repurchase intent, vehicle recommendation, and impacts their vehicle's retained value.


2008 J.D.POWER AND ASSOCIATES VVEHICLE DEPENDABILITY STUDY TOYOTA/LEXUS SEGMENT AWARD WINNERS

VEHICLE SEGMENT

Toyota Prius Compact Car
Toyota Highlander Midsize MAV
Toyota Sequoia Large MAV
Toyota Tundra Large Pickup
Toyota RAV4 Compact MAV
Lexus IS 300/IS 300 SportCross Entry Premium Car
Lexus ES 300 Midsize Premium Car
Lexus GX 470 Midsize Premium MAV
Lexus SC 430 Premium Sporty
Lexus LS 430 Large Premium Car
Lexus LX 470 Large Premium MAV

Rabu, 24 September 2008

syok sepsis

Syok Sepsis


Syok karena infeksi yang timbul segera setelah trauma jarang terjadi. Namun, kalau kedatangan penderita di fasilitas gawat darurat tertunda beberapa jam, masalah ini mungkin terjadi. Syok sepsis dapat terjadi pada penderita dengan cedera tembus pada abdomen serta kontaminasi rongga peritoneal dengan isi usus.


Penderita sepsis yang hipotensif dan afebril secara klinis sukar dibedakan dari yang terkena syok ipovolemik, karena kedua kelompok ini dapat menunjukkan takikardia, vasokonstriksi kulit, penurunan produksi urine, penurunan tekanan sistolik dan tekanan nadi yang mengecil.

Penderita syok sepsis yang dini mungkin mempunyai peredaran volume normal, takikardia sedang, kulit berwarna merah jambu dan teraba hangat, tekanan sistolik mendekati normal dan tekanan nadi yang lebar

Definisi

Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) adalah suatu respon klinis terhadap proses infeksi atau non-infeksi yang ditandai dengan minimal 2 keadaan berikut (salah satunya harus temperatur atau jumlah lekosit yang abnormal) : suhu ≥38,5 ÂșC atau <36> 10).

Syok sepsis adalah suatu sepsis disertai keadaan syok yang refrakter terhadap resusiatsi cairan atau disfungsi kardiovaskuler.

Sepsis berat adalah keadaan sepsis disertai disfungsi organ akut (minimal 1 organ : kardiovaskuler atau sindrom distress pernapasan akut) atau minimal 2 disfungsi organ lainnya.
Etiologi

Infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, fungi atau riketsia. Respon sistemik dapat disebabkan oleh mikroorganisme penyebab yang beredar dalam darah atau hanya disebabkan produk toksik dari mikroorganisme atau produk reaksi radang yang berasal dari infeksi lokal.
Patofisiologi

Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman Gram negatif yang menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil Gram negatif ini menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer.

Selain itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer meyebabkan terjadinya hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravaskular ke interstisial yang terlihat sebagai edema.

Pada syok sepsis hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin kuman.
Gejala Klinis

Bila ada pasien dengan gejala klinis berupa panas tinggi, menggigil, tampak toksik, takikardia, takipneu, kesadaran menurun dan oliguria harus dicurigai terjadinya sepsis (tersangka sepsis).

Pada keadaan sepsis gejala yang nampak adalah gambaran klinis keadaan tersangka sepsis disertai hasil pemeriksaan penunjang berupa lekositosis atau lekopenia, trombositopenis, granulosit toksik, hitung jenis bergeser ke kiri, CRP (+), LED meningkat dan hasil biakan kuman penyebab dapat (+) atau (-).

Kedaan syok sepsis ditandai dengan gambaran klinis sepsis disertai tanda-tanda syok (nadi cepat dan lemah, ekstremitas pucat dan dingin, penurunan produksi urin, dan penurunan tekanan darah).

Gejala syok sepsis yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan syok hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin < 0,5 cc/kgBB/jam, tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien sepsis dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal, mempunyai gejala takikardia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan tekanan nadi yang melebar.

Ketrampilan Komunikasi Efektif Article Index Ketrampilan Komunikasi Efektif

Ketrampilan Komunikasi Efektif
Article Index
Ketrampilan Komunikasi Efektif



”Communication is the key to success”, sebuah pernyataan yang seringkali kita dengar, namun masih banyak yang gagal dalam menerapkannya. Berbagai alasan yang dikemukakan, mulai dari ketidakpercayaan diri, ketidaksempurnaan pengucapan (artikulasi) sampai dengan penampilan fisik yang tidak memadai.

I. Verbal Communication

Communicate effectively

Banyak cara mengasah kemampuan berkomunikasi. Cobalah belajar terus bagaimana memberikan instruksi kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Jika apa yang dilakukan orang tersebut tidak sesuai dengan apa yang kita maksud, maka terdapat dua kemungkinan, pertama instruksi kita tidak jelas atau ambigious (mengandung makna ganda) kedua, orang tersebubt yang kurang cerdas untuk mengikuti perintah kita. Maka untuk menajamkan komunikasi yang efektif kita perlu belajar bagaimana membuat setiap artikulasi kita jelas dan bermakna tunggal sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.

Bila terdapat lebih dari satu pesan yang ingin disampaikan, lakukanlah dengan memberi urut-urutan agar uraian menjadi lebih jelas, misalnya dimulai dari urutan pertama, kedua, dan seterusnya.

Good communication erases life matters

Komunikasi yang didasari dengan pengertian yang baik dan bijaksana akan menghapus segala persoalan hidup. Kesalahpahaman dan pertikaian hanya dapat diselesaikan melalui komunikasi, dengan tutur kata yang sopan dan lemah lembut. Sehingga tidaklah terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa komunikasi adalah obat mujarab bagi segala persoalan.

Simplify your words

Agar komunikasi lancar, bahasa dan segala istilah teknis harus dapat disederhanakan sedemikian rupa agar pendengar atau siapa saja yang sedang melakukan percakapan dengan kita dapat menangkap essensi kalimat kita. Jangan merasa bangga melihat orang yang kita ajak bicara menjadi mengerenyitkan dahi. So, tidak perlu show off melalui penggunaan kata-kata keren namun membingungkan.

Keterampilan Klinis ilmu Kedokteran Umum

Ketrampilan Klinik Menyuntik Intramuskuler

Menyuntik merupakan prosedur dasar yang wajib diketahui oleh setiap dokter dan paramedis, menyuntik dapat dilakunan dengan cara, intramuskuler, subkutan, intracutan, intravena.

Pada pembahasan berikut akan dibahas prosedur menyuntik Intramuskuler dan seluruh persiapan peralatan yang diperlukan serta informconsent kepada pasien.

Alat dan bahan (injection kit)

· Kran air

· Sabun (jika mungkin sabun cair/sabun antiseptik)

· Handuk bersih dan kering

· Sepasang sarung tangan

· Baki instrument

· Instrument basin dengan tutup

· “Jarum suntik steril :

Untuk penyuntikan IM terdiri dari :


o Jarum ukuran #23 G ½ #25 G ½ (semakin besar nomor jarum ukuran lubang jarum semakin kecil) artinya : ukuran lubang jarum 23, panjang 0,5 inch.

o Syringe : tergantung pada volume obat yang akan diberikan, tersedia mulai ukuran 50,20,10,5,3,2,5,1 cc.


· Kapas kering

· Kassa steril (ukuran 2x2 cm)

· Alkohol (70-90%)

· Obat injeksi (dalam bentuk vital, ampule, bubuk kering+pelarutnya)

· Jarum suntik

· Pinset sirurgis

· Larutan dekointaminasi, isi lar. Chloride 0,5%

· Basin kidney/nierbecken

· Tempat jarum bekas

· Tempat pembuangan sampah

· Siapkan antidotum : adrenalin (ingat komplikasi segera dan fatal proses penyuntikan reaksi anafilaktik, komplikasi lain a.1 : luka, kolaps vena, infeksi : abses, emboli)



I. Pendahuluan

v Perkenalkan diri anda ; “Selamat siang Pak, saya dr. Shinta, yang akan memeriksa Bapak.”

v Tanyakan identitas pasien dan lakukan cross cek dengan catatan medik pasien.

v Cek data pada catatan medik pasien untuk mengidentifikasi pengobatan yang akan diberikan pada pasien ini, nama, obat, dan cara pemberian.


II. Lakukan Informed Consent

v Katakan pada pasien bahwa kita akan melakukan proses penyuntikan : Pak, berdasarkan hasil pemeriksaan saya, bapak memerlukan pengobatan dengan cara melakukan penyuntikan dibagian bokong Bapak.

v Katakan pada pasien : nama obat, cara pemberian, dosis, dan efek akibat pemberian obat : “Pak, saya akan memberi obat delladryl, dengan cara melakukan penyuntikan di bagian bokong, sebanyak 1cc dan akan terasa sakit sedikit.”

v Berikan kesempatan diskusi/kesempatan bertanya pada pasien : “ apakah ada yang Bapak ingin tanyakan lagi ?”

v Jika tidak, saya akan melakukan penyuntikan

v Silahkan Bapak berbaring di tempat periksa.


III. Persiapan

v Nilai apakah pada proses penyuntikan ini perlu asisten/tidak (terutama pada pasien yang tidak kooperatif).

v Lakukan pemeriksaan tekanan darah (bila belum dilakukan)

v Lakukan pengecekan apakah seluruh peralatan yang dibutuhkan sudah tersedia.

v Lakukan pengecekan dan konfirmasi ulang pada pasien seluruh informasi yang berkaitan dengan proses penyuntikan yang akan dilakukan, termasuk nama obat, larutan dan pelarutnya, dosis, cara pemberian, jenis, dan ukuran jarum suntik yang akan digunakan untuk menyuntik.

v Buka jarum suntik dan jarumnya, letakkan kedalam instrumen basin steril.

v Cuci tangan (secara simple hand washing, melalui 5 tahap pencucian : telapak tangan, tangan bagian atas, sela jari, sela jempol, buku-buku) kemudian keringkan dengan handuk bersih kering atau handdrier.


IV Pelaksanaan Penyuntikan

a. Dari Vial

v Lepaskan penutup metal pada bagian atas vial (dengan menggunakan pinset) dan letakkan pada kidney basin.

v Bersihkan bagian atas vial dengan kapas dan alkohol, biarkan mengering.

v Buang kapas alkohol kedalam instrumen basin.

v Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin.

v Campur dengan rata obat yang terdapat pada vial.

v Tusuk jarum pada vial.

v Ambil vial dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) dan ambil volume yang sesuai untuk pengobatan.

v Periksa ada tidaknya gelembung udara pada jarum suntik dan dikeluarkan gelembung udara tersebut.

v Periksa ulang volume yang sesuai yang diperlukan untuk pengobatan

v Lepaskan jarum dari vial.

v Masukkan jarum pada penutupnya dengan teknik satu tangan.

v Ganti jarum dengan yang baru dan letakkan jarum yang telah dipergunakan sebelumnya (untuk mengambil obat dari vial) pada instrumen basin.


b. Dari Ampul

v Pastikan bahwa isi cairan obat dalam ampul terletak di bagian bawah dari leher ampul.

v Patahkan leher ampul dengan cara sbb :

§ Potong leher ampul dengan kassa steril dan patahkan dengan menekan jari jempol.

§ Menggunakan pisau pemotong botol yang biasa dipergunakan oleh bagian farmasi.

v Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin.

v Pegang ampul dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) jika memungkinkan.

v Masukkan jarum kedalam ampul dan ambil volume obat sesuai.

v Tarik kembali jarum dari dalam ampul.

v Arahkan jarum secara vertikal dan masukkan kedalam penutupnya.

v Keluarkan gelembung udara dalam syringe.

v Cek ulang secara tepat volume obat yang diberikan.

v Lepaskan jarum dari syringe dengan teknik satu tangan.

v Letakkan syringe dan jarumnya pada instrument basin.

V. Prosesdur Menyuntik

v Periksa kembali vial atau ampul untuk mengecek label obat yang akan diberikan (untuk ketiga kalinya) dan lakukan penghitungan kembali dosis yang diperlukan.

v Jelaskan sekali lagi bahwa kita akan melakukan penyuntikan.

v Secara santun konfirmasi ulang kepada pasien/bantu pasien menyingkirkan tempat ynag akan dilakukan penyuntikan.

v Tentukan daerah penyuntikan dengan tepat.

v Untuk penyuntikan intramuskular :

§ Bagian lateral bokong (vastus lateralis)

§ Butoks (bagian lateral gluteus maksimus)

§ Lengan atas (deltpid)

v Identifikasi daerah penyuntikan secara anatomis dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan).

v Lakukan peregangan pada area tersebut dengan gentle.

v Bersihkan area tersebut dengan kapas dan alkohol.

v Biarkan mengering.

v Lepaskan penutup jarum, letakkan penutupnya pada instrument basin.

v Suntikkan jarum membentuk 90% pada daerah yang telah diidentifikasi untuk dilakukan penyuntikan.

v Yakin bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah dengan melakukan prosedur sbb :

§ Lakukan aspirasi dengan cara menarik pendorong jarum suntik (plunger).

§ Jika darah mengisi syringe, atur kembali kedalaman invasi jarum. Kemudian lakukan aspirasi kembali (tarik kembali plunge).

§ Jika terdapat darah pada syringe maka dapat dilanjutkan prosedur berikutnya.

v Dorong plunge secara perlahan untuk mengalirkan seluruh obat dalam syringe.

v Tarik jarum suntik kembali keluar dengan cepat, usap dan lakukan massage (jika diperlukan) pada area penyuntikan dengan kapas alkohol.

v Observasi :

§ Jika darah keluar dari tempat penyuntikan, bersihkan dan lakukan penekanan dengan gentle daerah penyuntikan dengan kapas dan alkohol.

§ Jika tidak, lakukan langkah berikutnya.

v Katakan pada pasien bahwa prosedur penyuntikan telah selesai.

v Dampingi dan bantu pasien untuk mengenakan kembali pakaiannya.

v Evaluasi keadaan pasien selama beberapa saat, untuk melihat tanda ada tidaknya efek samping yang ditimbulkan.

v Biarkan pasien kembali kebangku periksa.


VI. Setelah Penyuntikan

v Isi jarum suntik bekas pakai dengan lar. Chloride 0,5% dan potong jarum, masukkan kedalam tempat jarum bekas.

v Masukkan peralatan lainnya (termasuk kapas, kassa steril) kedalam lar. Chloride 0,5%.

v Rendam kedua tangan kedalam lar. Chloride 0,5% selama beberapa menit, kemudian lepaskan kedua sarung tangan dengan cara skin to skin, glove to glove.

v Cuci tangan.

v Keringkan dengan handuk.

v Persilahkan pasien kembali ke meja periksa, untuk melengkapi data pada catatan medik pasien

a. Isi tanggal dan waktu pengobatan.

b. Dosis dan cara penyuntikan.

c. Respons khusus yang mungkin timbu8l pasien setelah dilakukan penyuntikan.

d. Nama dan tanda tangan dokter.